Kamis, 30 Oktober 2008

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

Oleh : ZAINUDIN RIFAI

A. PENDAHULUAN

Selama ini kita mungkin menerima begitu saja pengajaran matematika di sekolah, tanpa mempertanyakan mengapa atau untuk apa matematika harus diajarkan. Tidak jarang muncul keluhan bahwa matematika cuma bikin pusing siswa (dan juga orang tuanya) dan dianggap sebagai momok yang menakutkan oleh sebagian siswa. Begitu beratnya gelar yang disandang matematika yang membuat kekawatiran pada prestasi belajar matematika siswa. Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi rasa bosan matematika pada matematika adalah faktor penyampaian materi atau metode pembelajaran matematika yang monoton dan itu-itu saja.

matematika adalah matematika ilmu yang berkembang sejak ribuan tahun lalu dan masih tumbuh subur hingga kini. Tidak mungkin bisa semuanya diajarkan kepada siswa di sekolah. Jadi, seharusnya bukan materi yang kita kejar, tetapi tujuannya. Penting untuk diingat oleh penyusun kurikulum matematika, juga guru di lapangan, agar materi tidak terlalu padat, sehingga siswa punya waktu cukup untuk mengendapkan apa yang telah diperoleh dan mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal.

Pada dasarnya, matematika adalah pemecahan masalah karena itu, matematika sebaiknya diajarkan melalui berbagai masalah yang ada disekitar siswa dengan memperhatikan usia dan pengalaman yang mungkin dimiliki siswa. Berdasarkan tujuan keinginan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika dan meminimalkan anggapan-anggapan negatif terhadap matematika yang membuat para ahli pendidikan matematika di Indonesia berupaya mencari terobosan baru menemukan metode pembelajaran matematika lain dengan mengacu pada pengalaman di negara lain dan dengan melihat karakteristik yang dimungkinkan dapat diujicobakan juga di Indonesia.

Ada 3 pendekatan yang cukup mendasar, yaitu “pemecahan masalah” atau “problem solving” yang mendapat keutamaan di Jepang, “contextual teaching and learning” ataupun “connected mathematics” yang mulai dilaksanakan di sebagian Amerika dan “Realistic Mathematics Education” yang sudah melalui proses ujicoba dan penelitian lebih dari 25 tahun di Belanda.(R.Soedjadi,2001).

B. PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PRM)

Perubahan paradigma pembelajaran dari pandangan mengajar ke pandangan belajar atau pembelajaran yang berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada siswa membawa konsekuensi perubahan yang mendasar dalam prosespembelajaran di kelas. Perubahan tersebut menuntut agar guru tidak lagi sebagai sumber informasi, melainkan sebagai teman belajar. Siswa dipandang sebagai makhluk yang aktif dan memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuannya sendiri.

Untuk mendukung proses pembelajaran yang sesuai dengan perubahan tersebut dan sesuai dengan tujuan pendidikan matematika, diperlukan suatu pengembangan materi pelajaran matematika yang difokuskan pada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa,serta penggunaan metode evaluasi yang terintegrasi pada proses pembelajaran tidak hanya berupa tes pada akhir pembelajaran (formatif atau sumatif) (Subandar, 2001).Ditinjau dari perubahan kurikulum yang saat ini sedang diberlakukan, yaituKurikulum 2004, pendekatan matematika realistik adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan perubahan tersebut

Ide utama dari pendekatan matematika realistik adalah bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan persoalan dunia nyata atau real world (Gravemeijer, 1994). Menurut De Lange(1996) dan Suharta (2004), proses pengembangan konsep dan ide matematika yang dimulai dari dunia nyata disebut Matematisasi Konsep dan memiliki model skematis proses belajar seperti gambar berikut:

- Dunia Nyata

- Matematisasi dalam Aplikasi Matematisasi

- Refleksi

- Abstraksi dan Formalisasi

Gambaran proses belajar di atas tidak mempunyai titik akhir. Hal ini menunjukkan bahwa proses lebih penting daripada hasil akhir, sedangkan titik awal proses belajar menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal siswa. Hal in idisebabkan oleh asumsi bahwa setiap siswa memiliki konsep awal tentang ide-ide matematika. Setelah siswa terlibat secara bermakna dalam proses belajar, ia dapa tditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi untuk secara aktif membangun pengetahuan baru.Matematika tidak disajikan dalam bentuk hasil jadi (a ready-made product),tetapi siswa harus belajar menemukan kembali konsep-konsep matematika. Siswamembentuk sendiri konsep dan prosedur matematika melalui penyelesaian soal yang realistik dan kontekstual.

Hal ini sesuai dengan pandangan teori constructivism yang menyatakan bahwa pengetahuan matematika tidak dapat diajarkan oleh guru,melainkan harus dibangun sendiri oleh siswa (Cobb dalam Armanto, 2001).Soal kontekstual (context problem) dimaksudkan untuk menopang terlaksananya suatu proses penemuan kembali (reinvention) yang memberi peluangbagi siswa untuk secara formal memahami matematika (Gravemeijer,1994, Subandar,2001). Oleh karena itu, matematika harus dekat dengan siswa dan relevan dengansituasi kehidupan sehari-hari.

Bermatematika secara progresif dapat dibagi dalam dua komponen yaitu bermatematika secara horizontal adalah siswa mengidentifikasi bahwa soal kontekstual harus ditransfer ke dalam soal bentuk matematika untuk lebih dipahami melalui penskemaan, perumusan, dan pemisualisasian sehingga menemukan kesamaan dan hubungan dengan model matematika yang telah diketahui siswa.Bermatematika secara vertikal adalah siswa menyelesaikan bentuk matematika formal atau tidak formal dengan menggunakan konsep, operasi, dan prosedur matematika yang berlaku.Prinsip fenomena pembelajaran menekankan pada pentingnya soal kontekstual untuk memperkenalkan konsep-konsep matematika kepada siswa.

C. SIMPULAN DAN SARAN

Proses pembelajaran matematika di kelas sampai saat ini masih didominasi oleh paradigma mengajar yang memiliki ciri-ciri antara lain: guru aktif menyampaikan informasi dan siswa pasif menerima; pembelajaran berfokus (berorientasi) pada guru, bukan pada siswa; ketergantungan siswa pada guru cukup besar; independensi berpikir siswa kurang dikembangkan; pemahaman siswa cenderung pada pemahaman instrumental, bukan pada pemahaman relasional.

Praktek pembelajaran di atas jelas tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-ide kreatif, kurang melatih daya nalar, dan tidak terbiasa melihat alternatif lain yang mungkin dapat dipakai dalam menyelesaikan suatu masalah.

Akhirnya siswa menjadi robot yang harus mengikuti aturan atau prosedur yang berlaku, siswa menghafalkan saja semua rumus atau konsep tanpa memahami maknanya dan tidak mampu menerapkannya dalam situasi lain. Akibatnya terjadilah pembelajaran mekanistik

Oleh karena itu perlu perubahan pembelajaran dari paradigma mengajar ke paradigma belajar atau pembelajaran yang berpusat pada guru ke pembelajaranyang berpusat pada siswa. Upayakan proses pembelajaran yang menyenangkan.

Perubahan paradigma pembelajaran tersebut sesuai dengan paham konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan matematika tidak dapat diajarkan oleh guru, melainkan harus dibangun sendiri oleh siswa. Paham ini mendasari pendekatan matematika realistik. Kajian teori yang telah dikemukakan di atas maupun hasil penelitian yang telah dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri menunjukkan bahwa pendekatan matematika realistik layak dipertimbangkan untuk digunakan di jenjang pendidikan dasar di Indonesia dalam rangka untuk meningkatkan berpikir logis dan sikap siswa terhadap matematika yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Judul : Menumbuhkembangkan Berpikir Logis dan Sikap Positif terhadap

Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik

Alamat :http://zainurie.files.wordpress.com/2007/11/j61_091.pdf

Penulis : Sahat Saragih

Judul : Pendekatan Realistik Dalam Pembelajaran Matematika

Alamat : http://209.85.175.104/search?q=cache:lC-z2NzUPSUJ:ariyanti.freehostia.com/wordpress/%3Fp%3D31+matematika+realistik&hl=id&ct=clnk&cd=5&gl=id

Penulis : gregoria arianti

Judul : Teaching and Learning Mathematic Education

Alamat : http://www.partnership.mmu.ac.uk/cme/Student_Writings/TS1/Afsana/Afsana.html

Penulis : Afsana Talati June 2004